Kamis, 11 Mei 2017

Grid Systems

Grid Systems
Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid Systems digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid systems seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid systems dalam desain grafis adalah untuk  menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.
Berbasis pada golden section, proporsi yang identik dengan luas halaman akan menghasilkan perhitungan rasio lebar margin sebagai berikut :
-        Margin atas = 3
-        Margin bawah = 6
-        Margin luar = 4
-        Margin dalam =2
Golden section adalah sebuah konsep dasar yang digunakan untuk menghasilkan proporsi yang sempurna untuk keperluan pemecahan ruang. Diagram di samping ini menunjukkan suatu cara mencari titik pertemuan (golden mean) untuk mengkonstruksi sebuah bentuk persegi empat.
-        Diawali dengan sebuah garis ‘ab’
-        Segitiga terbentuk dari setengah ‘ab’ (garis vertikal ‘bc’)
-        Aksis ‘c’ dan ‘b’ menghasilkan titik ‘s’
-        Aksis ‘a’ dan ‘s’ menghasilkan titik ‘g’
-        Garis ‘ab’ terbagi menjadi ‘M’ dan ‘m’
-        Akhirnya panjang ‘M’ membentuk tinggi persegi-empat

Walaupun tidak ada aturan-aturan yang baku mengenai penentuan besarnya margin, namun pemanfaatan ukuran margin yang tepat dapat memberikan dampak visual terhadap keseluruhan rancangan. Margin yang sama besar akan lebih cepat membosankan, sedangkan ukuran margin yang tidak sama besar dapat menciptakan ruang asimetris yang lebih dinamis.

Perbandingan margin yang sama besar dan magin yang asimetris dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Margin yang sama besar                    Margin yang asimetris

Grid systems sangat diperlukan sebagai dasar pola dalam menyusun huruf dan gambar dalam jumlah yang banyak, seperti buku, brosur, catalog, surat kabar, dan majalah. Untuk rancangan yang berjumlah satu halaman atau sedikit, penerapan grid systems sering diabaikan.

Focal Point

Focal Point
Tugas perancang grafis adalah menarik perhatian penglihat dengan menciptakan suatu pola rancangan visual yang secara cepat dapat menstimulasi penglihat lewat pokok penekanan (focal point). Dalam desain tipografi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan focal point dengan berbagai kemungkinan. Contoh :

Ketika sebuah elemen terisolasi (kata yang dilingkari) dari kelompok elemen yang lain maka elemen itu akan menjadi focal point. Dengan melakukan pemisahan, sebuah elemen akan menjadi properti visual yang penting.

Pada desain sampul buku ini focal point terletak pada nama penulisnya dengan mengubah parameter pada ukuran huruf.


Persepsi Visual

Persepsi Visual
Tugas seorang perancang grafis adalah menciptakan sebuah kesatuan visual yang mudah dipahami oleh penglihat. Pemahaman terhadap prinsip persepsi visual adalah kunci untuk memahami tendensi mata dalam melihat sebuah pola visual.
Ilustrasi berikut adalah contoh dari tendensi alami dari mata dalam melihat sebuah pola visual.

Similarity

Objek yang sama akan terlihat secara bersamaan sebagai kelompok. Hal ini dapat ditentukan lewat bentuk, warna, arah, dan ukuran.

Tendensi :
Mata akan mengelompokkan kotak-kotak yang miring sekaligus melihat tanda tambah atau silang.



Continuation
Penataan visual yang dapat menggiring gerak mata mengikuti ke sebuah arah tertentu.

Tendensi :
Gerak mata akan mengikuti ke arah kanan.






Proximity
Sebuah kesatuan atau pengelompokan yang terbentuk karena adanya korelasi antara elemen-elemen yang saling berdekatan.



Tendensi :
Pandangan mata akan menuju pertama kali kepada kelompok yang terdiri dari empat buah elemen yang saling berdekatan.




Closure
Bentuk yang tertutup atau menyambung terlihat lebih stabil.
Tendensi :
Tanpa disadari mata akan mencoba menyambung bagian dari lingkaran yang terputus.



Contoh sederhana dari proses perancangan dalam desain tipografi yang menerapkan beberapa prinsip persepsi visual untuk mencapai kesatuan rancangan yang kohesif.

Naskah dasar yang belum diolah ke dalam rancangan tipografi
Menggunakan satu jenis huruf dengan mengubah parameter tipografi guna memberikan penekanan lewat pengelompokan berbagai ukuran huruf (similarity), menyusun alur visual naskah sesuai dengan penekanan informasi (continuation), penerapan tata-letak atau sering disebut layout yang berdasarkan pada kelompok besar kecilnya ukuran huruf (proximity), keseimbangan leading (closure).
Menambah penekanan dengan mengubah parameter pada berat dan kemiringan huruf serta kerning.
Gelap terang warna menunjukkan variasi parameter yang digunakan.

Pemilihan Huruf Pada Typography (Bagian 3)

Contoh dari sebuah desain untuk menu hidangan yang mengunakan huruf dekoratif.

Contoh dari huruf dekoratif dan huruf script serta terapannya dalam desain label dan judul buku.

Kesimpulan

Naskah yang dicetak dengan huruf besar kecil (upper-lower case) akan lebih nyaman dibaca. Bila dibandingkan dengan fisik upper case, bentuk lower case lebih mudah dibedakan antara huruf yang satu dan yang lain. Naskah yang keseluruhannya dicetak sengan huruf besar (all caps) terasa akan lebih cepat melelahkan mata. memilih huruf secara baik dan tepat sehingga rancangan yang dihasilkan dapat merepresentasikan pesan ataupun karakteristik yang akan diangkat. Huruf-huruf yang memiliki perlakuan efek khusus (special effect) biasanya digunakan untuk periklanan sebagai penguat agar rancangan dapat tampil lebih vocal serta menambah nilai dramatik dari sebuah pesan.

Pemilihan Huruf Pada Typography

Pemilihan Huruf
Perwajahan huruf adalah sebuah konsep yang abstrak seperti halnya musik. Dengan mendengarkan sebuah lagu kita dapat merangkum karakteristik, kesan, suasana hati, ataupun atmosfir-atmosfir yang terdapat di dalamnya, seperti perasaan gembira, sedih, optimis, tenteram, ataupun romantic. Interpretasi tersebut adalah sebuah bentuk asosiasi terhadap suatu realita yang didapat dari berbagai macam referensi serta rekaman beragam pengalaman.
Di bawah ini adalah contoh penggunaan jenis huruf yang kurang tepat.
Tampilan fisik dari jenis-jenis huruf di bawah ini saling berbeda dan masing-masing bentuk huruf memiliki potensi dalam merefleksikan sebuah kesan.

Beberapa contoh berikut adalah berbagai hasil rancangan grafis yang dapat mewakili konsep serta latar belakang dari pemilihan dan pemanfaatan huruf sebagai perangkat komunikasi visual yang memiliki nilai fungsional dan estetik. Dari contoh-contoh tersebut dapat dilihat bagaimana memilih huruf secara baik dan tepat sehingga rancangan yang dihasilkan dapat merepresentasikan pesan ataupun karakteristik yang akan diangkat.

Karya seni yang menggunakan huruf sebagai medium ekspresi. Sebuah karya dari Jenny Holzer (1985-1986) seorang feminis serta seniman conceptual art dari Amerika. Karya-karya seni kontemporer dari Henny Holzer memiliki kekuatan yang berbasis pada kata-kata yang diciptakan guna mengekspresikan nilai-nilai kebenaran.



Spread (halaman bentangan) dari majalah musik ternama di Amerika, Rolling Stone, yang mengangkat sebuah artikel tentang kelompok musik Metallica yang beraliran heavy metal. Pemilihan jenis huruf yang berkesan kokoh dan keras pada display type ditujukan untuk lebih memberikan ‘visual voice’ terhadap isi artikel serta menciptakan korelasi terhadap karakter visual dari fotografi yang ditampilkan dalam halaman pembuka dari artikel tersebut.
Sebuah trend dalam tipografi lahir karena terkonfrontasi oleh kebutuhan jaman. Sebelum menggunakan jenis-jenis huruf yang dianggap trendy sebaiknya dilakukan investigasi terlebih dahulu terhadap trend yang sedang berlangsung.
Jenis-jenis huruf sebaiknya digunakan sesuai dengan kebutuhan dari rancangan. Untuk mengangkat citra up-to-date tidak harus menggunakan jenis-jenis huruf yang dianggap trendy, huruf-huruf mainstream seperti Garamond, Bodoni, ataupun Helvetica yang memiliki long life span, masih banyak digunakan dalam desain grafis masa kini.

Sebuah rancangan tipografi yang isi pesannya memiliki korelasi dengan periode waktu tertentu sebaiknya memunculkan fenomena-fenomena yang hadir pada jaman tersebut dengan menampilkan karakteristik huruf yang menjadi perwakilan visual dari sebuah masa.

Karakteristik Fisik Huruf

Karakteristik Fisik Huruf
Karakteristik huruf merupakan watak atau kekhasan huruf dari A sampai Z. Karakteristik huruf yang berbeda dapat menimbulkan kekontrasan dan efek visual tersendiri. Huruf dapat dikembangkan, berakar pada bentuk dasarnya (regular) tetapi tetap memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan, yaitu : berat, proporsi, dan kemiringan.

BERAT
Perubahan berat dari struktur bentuk dasar huruf terletak pada perbandingan antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke. Ditinjau dari beratnya, huruf dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : light, regular dan bold.
Baik light, regular dan bold memiliki kesamaan ciri fisik, namun dengan perbedaan berat dapat memberikan dampak visual yang berbeda. Contoh, huruf bold karena ketebalannya memiliki potensi yang kuat dalam menarik perhatian mata. Biasanya huruf bold banyak sekali digunakan untuk judul (headline) sebuah naskah, baik untuk iklan, poster maupun media terapan lainnya.
Berikut ini adalah tabel perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar stroke dari huruf tersebut.
Tabel. Berat huruf menurut perbandingan tinggi dan lebar stroke
KELOMPOK BERAT
TINGGI HURUF
LEBAR STROKE
Extra-Light
100%
5%
Light
100%
10%
Regular
100%
15%
Semi-Bold
100%
20%
Bold
100%
25%
Extra-Bold
100%
30%

PROPORSI
Proporsi merupakan perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar huruf itu sendiri.Ditinjau dari proporsi, huruf dibagi menjadi : condensed, regular, dan extended.
Huruf condensed dapat terakomodasi lebih banyak dalam sebuah bidang atau ruang. Tetapi bila dicetak untuk keperluan naskah dalam jumlah yang panjang akan dapat melelahkan mata. Huruf-huruf condensed dan extended biasanya lebih tepat diterapkan untuk teks yang pendek, seperti untuk headline ataupun sub-judul (subhead). Berikut ini adalah tabel proporsi yang ideal antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar huruf.
Tabel. Proporsi huruf menurut perbandingan tinggi dan lebar huruf.

Bentuk dan Pengukuran Huruf dalam Tipografi (Bagian 4)

Pengukuran dalam Tipografi
Susunan huruf-huruf pada sebuah naskah, buku, majalah dan sebagainya memiliki suatu disiplin dalam pengukuran dan proporsi. Hal tersebut mencakup :
a. Relative Measurement
ü  pengukuran tinggi huruf
ü  panjang baris huruf
b. Spacing Measurement
ü  jarak antara huruf yang satu dengan yang lain (kerning)
ü  jarak antar baris (leading)
ü  jarak antar kata (word spacing/tracking)

Relative Measurement
Tiga dasar sistem pengukuran dalam tipografi adalah point (biasa disingkat dengan pt), pica (dibaca : paika), dan unit. Point digunakan untuk mengukur tinggi huruf, sedangkan pica digunakan untuk mengukur panjang baris. Pengukuran dari lebar per satuan huruf serta jarak antar huruf dihitung dengan satuan unit. Perhitungan unit hanya digunakan dalam proses yang menggunakan teknologi phototypesetting dan digital composition teknologi yang digunakan untuk pengetikan dan pencetakan huruf agar dapat mendapatkan hasil cetak yang tajam dan presisi.
Ukuran huruf umumnya berkisar antara 4 sampai dengan 72  point. Di atas 12 point biasanya digunakan untuk display atau judul, sedang di bawah ukuran itu digunakan untuk teks.

72 point = 6 pica = 1 inch
(1 inch = 2.539 cm)
12 point = 1 pica
Gambar. Ukuran huruf

Acuan pengukuran tinggi sebuah huruf bukan dihitung dari tinggi huruf yang telah tercetak namun dihitung dari kedalaman body size.

Spacing Measurement
Istilah spasi sering digunakan dalam pekerjaan pengetikan naskah yang berarti interval antarelemen tipografi yang mencakup jarak antarhuruf (kerning),  jarak antarkata (word spacing) dan jarak antarbaris (leading).

JARAK ANTARKATA
Teknik tradisional yang digunakan untuk pengukuran ruang jarak antarkata adalah penyisipan potongan metal (quad) yang diletakkan di antara huruf yang satu dengan yang lain. Sebuah quad berbentuk persegi empat yang merupakan kotak sebesar ukuran huruf. Quad memiliki satuan yang disebut sebagai em. Ukuran dari setengah em adalah en. Apabila huruf dengan ukuran 10 pt maka em-quad-nya berukuran 10 pt x 10 pt. Untuk memperjelas gambaran tentang teknik tradisional ini, berikut adalah contoh penggunaan dengan satuan em dan en.
Gambar Pengukuran jarak antarkata

JARAK  ANTARHURUF
Pengukuran jarak antarhuruf (kerning) dalam phototypesetting dan digital composition  dihitung dengan system unit. Sistem ini tidak memiliki acuan pengukuran yang tetap, dalam pengertian bahwa unit memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung kepada sistem  yang digunakan. Em berupa kotak seukuran besarnya huruf, kemudian bila kotak ini dibagi menjadi beberapa segmen yang sama besar, maka setiap segmen ini disebut sebagai unit. Sebuah huruf ‘U’ dapat memiliki lebar 12 unit, sementara huruf ‘t’ dapat memiliki lebar 6 unit.

JARAK ANTARBARIS
Pengukuran jarak antarbaris (leading) dihitung dengan menggunakan satuan point. Teknik tradisional memakai lembaran metal yang disisipkan di antara baris. Lembaran metal ini memiliki ketebalan yang beragam.